Kamis, 16 September 2010

Selama Ini Kita Telah "Ditipu" Oleh Otak Kita Sendiri


Untuk mulai membahas, maka kali ini akan saya awali dengan sebuah pertanyaan, "Pernahkah kawan-kawan berpikir bahwa apa yang ada di sekeliling kita itu tidak lebih hanya sekumpulan ilusi yang dibentuk oleh otak kita?"

Apa yang akan saya jelaskan sebenarnya sudah tercantum dengan sangat gamblang dalam Al-Qur'an. Di beberapa ayat, Allah SWT memberi petunjuk bahwa dunia ini hanyalah ilusi, sesuatu yang fana dan tidak absolut, sesuatu yang menipu dan penuh senda gurau, dan penggambaran-penggambaran lainnya yang semakna.

Setidaknya saya menemukan ada beberapa ayat dalam Al-Qur'an yang mempertegas pernyataan di awal tadi. Bahwa dunia dan segala yang ada di dalamnya tidak lebih hanyalah tipu daya belaka! Berikut ini adalah beberapa ayat dalam Al-Qur'an yang menjelaskan tentang hal tersebut:

1. Al-Qur'an menyebutkan bahwa kehidupan di dunia tidak lebih hanya main-main dan senda gurau semata:

"Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?" (QS. Al-An'Am: 32)

"Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda-gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia...." (QS. Al-An'am: 70)

"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui." (QS. Al-Ankabut: 64)

"Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu." (QS. Muhammad: 36)

2. Al-Qur'an menyebutkan bahwa kehidupan di dunia adalah tipuan semata:

"Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata: "Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri", kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir." (QS. Al-An'am: 130)

"(yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka...." (QS. Al-A'raf: 51)

"Yang demikian itu, karena sesungguhnya kamu menjadikan ayat-ayat Allah sebagai olok-olokan dan kamu telah ditipu oleh kehidupan dunia..." (QS. Al-Jatsiyah: 35)

"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (QS. Al-Hadid: 20)

3. Peringatan Allah agar manusia tidak terpedaya dengan kehidupan dunia:

"Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syetan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah." (QS. Al-Fathir: 5)

"Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikit pun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (setan) memperdayakan kamu dalam (menaati) Allah." (QS. Lukman: 31)

Tanpa perlu saya cantumkan kembali ayat-ayat tersebut di tulisan ini, saya yakin banyak orang yang sudah mengetahui akan hal itu. Hanya saja sayangnya kebanyakan orang pemikirannya terhenti hanya sebatas pada sisi ke-fana-an duniawi saja. Sisi yang saya maksud tersebut adalah lebih pada sisi zuhudnya saja. Banyak orang yang akhirnya menyikapi ayat-ayat tersebut dengan hidup yang sederhana saja (karena memang Allah katakan bahwa kehidupan dunia itu hanya tipu daya belaka), tetapi tanpa pernah memikirkan lebih lanjut sebenarnya apa yang Allah maksud dengan "kehidupan dunia yang menipu, memperdaya, senda gurau, dan main-main" tersebut. Padahal jika saja kita mau merenungkan dan memikirkan lebih dalam, niscaya kita bisa temukan jawaban secara pendekatan ilmiahnya. Penjelasan secara ilmiah yang inilah yang saya maksud akan sulit difahami atau bahkan dipercaya seperti yang telah saya katakan di awal.

Fakta mencengangkan mengenai hal ini semuanya bermula ketika atom dan permodelan strukturnya ditemukan. Dulu manusia mengira bahwa atom adalah penyusun materi yang paling kecil. Namun, penelitian terbaru di awal abad ke-21 ternyata menghasilkan fakta baru. Atom bukan penyusun materi yang paling kecil, melainkan masih ada lagi unsur penyusun atom yang ukurannya pasti jauh lebih kecil daripada atom itu sendiri.Partikel penyusun atom itu lah yang disebut dengan quark. Sebagaimana telah kita ketahui, bahwa atom adalah suatu molekul/zat dasar penyusun materi. Materi apa pun itu, pasti tersusun atas kumpulan atom-atom. Dalam satu molekul atom, bisa tersusun dari beberapa partikel proton, elektron, dan neutron. Partikel-partikel dalam satu molekul atom tersebut terus berrevolusi mengelilingi inti atom sesuai pada orbitnya masing-masing, sama seperti halnya planet-planet dalam sistem galaksi Bima Sakti berrevolusi mengelilingi Matahari. Karena partikel-partikel dalam atom tersebut yang terus berputar mengelilingi inti atom, maka dapat kita ketahui bahwa di antara partikel-partikel dalam atom tersebut sebenarnya hanyalah ruang-ruang kosong. Sama halnya ketika kita membayangkan pergerakan planet di sistem Tata Surya kita. Antara planet Bumi dengan planet Venus tentunya dipisahkan oleh ruang hampa, bukan?! Hal ini lah yang selanjutnya masih menjadi pertanyaan besar dalam bidang fisika quantum. Bagaimana mungkin sebuah atom yang sebenarnya terdiri dari ruang kosong mampu membentuk materi yang berwujud cair, padat, atau gas?

Namun, pertanyaannya ternyata tidak berhenti sampai di sana. Jika memang atom-atom penyusun materi tersebut adalah suatu ruang kosong, maka bagaimana mungkin kita dapat merasakan keberadaan materi tersebut? Agar lebih jelas, mari saya gambarkan lewat sebuah contoh berupa meja. Meja tentunya merupakan wujud suatu materi. Sebagaimana telah dijelaskan tadi, bahwa setiap materi tersusun atas atom. Dalam atom sendiri sebenarnya terdapat ruang-ruang kosong yang memisahkan antara satu partikel dengan partikel lain. Tapi pada kenyataannya sekarang, lewat kumpulan atom yang tidak lain hanya ruang-ruang kosong tersebut kita bisa memegang, melihat, dan merasakan bahwa meja itu memang benar ada dan masif. Padahal sebenarnya bukan kah meja tersebut terkumpul dari atom-atom yang memiliki ruang yang kosong? Lalu bagaimana mungkin sekumpulan atom-atom yang memiliki ruang kosong tersebut dapat membentuk sebuah wujud materi yang padat seperti meja?

Sebenarnya hal itu bisa terjadi dikarenakan apapun yang kita persepsikan sebagai "dunia luar", sebenarnya merupakan serial dari sinyal-sinyal elektrik semata. Yang saya maksud dengan "dunia luar" adalah segala sesuatu yang ada di luar kita atau lingkungan sekitar kita. Coba kita ambil contoh "penglihatan". Kita bertanya "bagaimana kita bisa melihat?" Jawaban gampangnya tentu "karena adanya mata". Padahal jawaban yang sebenarnya tidak segampang itu.

Kita bisa melihat benda itu dikarenakan serangkaian proses yang terjadi di dalam mata dan otak kita sendiri. Pertama, berkas cahaya yang dinamakan foton masuk ke mata kita setelah memantul dari benda yang tersinari cahaya. Selanjutnya foton-foton tersebut akan dikonversikan ke dalam sinyal-sinyal listrik dan dibawa ke otak kita dalam bentuk ini. Jadi, apa yang sampai ke mata kita sebenarnya bukanlah foton-foton dari objek yang kita lihat, melainkan sinyal-sinyal yang dihasilkandari reaksi foton yang mengenai lapisan tertentu dari mata. Dengan kata lain, pusat penglihatan yang ada di dalam otak tidak memproses cahaya dari objek, melainkan justru copy/salinan dari cahaya tersebut lah yang sudah berbentuk sinyal-sinyal elektrik. Saat kita bilang "saya sedang melihat benda ini", kita sebenarnya tidak sedang melihatnya. Apa yang kita lihat adalah sinyal-sinyal elektrik yang menggambarkan objek/benda tersebut di dalam otak kita. Apa pun yang kita lihat, termasuk alam semesta, sebenarnya hanya melalui pusat penglihatan kita yang ukurannya hanya beberapa centimeter persegi saja!!!

Dengan demikian, bisa dikatakan kalau sebenarnya kita bukan melihat dengan mata, tapi justru dengan pusat penglihatan kita. Ini bertentangan dengan pendapat yang diketahui selama ini. Sebab terbukti, tidak ada cahaya yang masuk ke otak. Otak kita selalu dalam keadaan gelap. Kita dapati hasilnya selalu nihil cahaya, meskipun saat itu orang yang bersangkutan sedang memandang matahari secara langsung. Pantulan cahaya dari benda yang kita lihat tidak pernah masuk dan sampai ke otak sama sekali. Kesimpulannya, otak tidak pernah melihat objek itu sendiri, namun otak hanya mempersepsikan sinyal elektrik dari objek yang dilihat.

Seorang ilmuwan, Bertrand Russle, dalam bukunya The ABC of Relativity memberi contoh berikut:

"Pendapat awam membayangkan bahwa ketika kita melihat meja, kita melihat meja. Ini adalah delusi kasar. Ketika awam melihat meja, sebuah gelombang cahaya mencapai mata, kemudian diasosiasikan dengan sensasi sentuhan dalam pengalaman sebelumnya, dan juga dari pengakuan orang lain yang juga melihat meja itu, maka dianggaplah bahwa kita bisa benar-benar menemukan meja (jika memang meja itu ada). Kejadiannya adalah: Gelombang cahaya menyentuh mata, menimbulkan keadaan tertentu di mata kita. Keadaan itu kemudian menyebabkan keadaan-keadaan lain di dalam otak kita, dan kemudian kita menyangka melihat meja, meskipun sebenarnya mungkin saja keadaan-keadaan itu dapat terjadi tanpa benar-benar ada meja di sana."

Proses mendengar juga tidak berbeda dengan yang lain. Gelombang bunyi mencapai telinga kemudian dikonversikan ke dalam sinyal-sinyal elektrik dan dibawa oleh sel saraf ke pusat pendengaran. Sebagaimana dengan mekanisme 'melihat' tadi, yang sampai ke otak adalah sinyal-sinyal elektrik yang merupakan copy gelombang bunyi tadi.

Fakta yang berhubungan dengan penglihatan ini ternyata juga sama pada indera-indera yang lain. Kita mencium sinyal-sinyal elektrik, mendengar sinyal-sinyal elektrik, termasuk kita mengecap sinyal-sinyal elektrik saat makan.

Sejauh ini, jelaslah bahwa semua objek yang kita lihat, sentuh dan raba, cuma sinyal-sinyal yang diproduksi dan diinterpretasikan di dalam otak kita.

Dengan demikian, "dunia luar" yang diperkenalkan kepada kita oleh indera kita, adalah sekumpulan copy berbentuk sinyal elektrik semata. Otak kita, sepanjang hidupnya, memproses dan mengevaluasi copy-copy ini.

Kita selama ini percaya bahwa kita terhubungkan dengan objek yang "sesungguhnya", tapi ternyata kita hanya berhubungan dengan copy dari image-image objek. Tanpa kita pernah tahu apakah objek/benda itu memang benar-benar ada !!!

Pembahasan kita tidak berhenti hanya sampai di sini. Jika sekarang telah terbukti bahwa apa yang kita lihat, dengar, pegang, dan kecap dengan seluruh indera kita ternyata tidak lebih dari sekumpulan sinyal-sinyal elektrik yang dipersepsikan oleh otak. Lalu bagaimana sebenarnya dengan otak kita sendiri? Bukan kah otak kita juga merupakan wujud dari objek/benda/materi?

Sebagai ilustasi, sekarang mari kita anggap bahwa kita dapat memanjangkan saraf-saraf antara mata dengan pusat penglihatan di otak kita. Lalu kita dapat mengeluarkan otak kita tepat di depan mata kita dengan kondisi saraf-saraf penghubung organ mata dengan otak masih berfungsi normal. Bukankah dengan begitu kita juga dapat melihat otak kita sendiri? Dengan demikian, sama halnya dengan benda-benda atau materi yang lainnya. Otak kita juga memang tidak berbeda dengan materi yang selama ini kita lihat atau indera. Otak juga adalah materi yang terlihat seolah-olah memiliki wujud seperti yang kita lihat.

Dengan demikian semakin jelas, bahwa apa yang kita lihat, cium, rasakan, dengan segala indera yang kita miliki dalam tubuh sebenarnya tidak lebih daripada interpetasi otak sendiri terhadap benda-benda tersebut. Kita tidak pernah tahu secara pasti bagaimana sebenarnya wujud atau keberadaan benda-benda di sekitar kita karena yang kita lihat adalah hanya bentuk intepretasi dari otak. Secara sederhana dapat kita anggap bahwa dalam otak telah dimuat segala macam informasi yang mirip seperti sebuah super komputer yang sangat canggih. Di dalamnya terdapat berbagai macam data dan software yang sewaktu-waktu dapat kita panggil atau tampilkan sesuai dengan yang kita inginkan. Allah lah yang membuat dan mendesain software, data-data, serta segala sesuatu yang terkait dengannya, sedangkan kita hanya bisa menggunakan tanpa bisa mengubah. Dengan demikian, tentu kita hanya tahu sebatas apa yang telah ada dalam desain tersebut, tanpa pernah tahu proses kerja pembuatan software tersebut, apalagi ada rahasia apa di baliknya. Sebagai contoh lagi, kita melihat bahwa batu itu bentuknya ada yang lonjong, bulat, atau kisut karena memang otak kita menerjemahkan bahwa bentuk batu tersebut seperti itu. Tapi sekali lagi, tanpa kita pernah tahu apakah bentuk original dari batu itu memang seperti itu?! Bahkan secara ekstrim dapat juga saya simpulkan bahwa sebenarnya bukan kita yang ada di dalam alam semesta, melainkan alam semesta lah yang ada di dalam otak kita! Otak kita sendiri lah yang selama ini menciptakan berbagai intepretasi tentang "dunia luar" yang ada di sekitar kita.

Rasanya hampir lucu sekali ketika saya katakan bahwa selama ini kita hidup dalam dunia yang sebenarnya dibentuk oleh otak kita sendiri. Tapi memang begitulah fakta yang sebenarnya terjadi.

Jika sampai penjelasan sekarang ini kita berkesimpulan bahwa otak, sang penerjemah "dunia luar", juga merupakan bagian dari "dunia luar" itu sendiri, lantas siapakah sebenarnya yang dapat melihat, mencium, memegang, meraba, mendengar, tanpa melalui indera dalam tubuh kita? Dia tentu adalah sebuah zat yang tidak tergolong materi, sosoknya absolut, dan bersumber dari kekuatan Ilahiah. Itulah ruh. Nyawa kita sendiri. Ruh yang telah Allah tiupkan sejak usia ke-4 bulan kita dalam kandungan ibu kita. Itu lah sosok yang sebenarnya ada dan bersifat kekal.

2 komentar:

  1. Like thiz!!Goodreads..^^,,joniz kasih 4 thumb bwt kapten,,=]

    hmmm,,joniz baru tau ternyata yang nampak slama ini cuma manipulasi otak kita...ckckckkcckk....

    BalasHapus
  2. HEheheeee,..... I like read a book. hoho

    BalasHapus