Minggu, 31 Oktober 2010

Baharudin 'Mr Crack' Habibie Hidup dari Royalti

JAKARTA* - Sebuah majalah Teknologi terbitan Jakarta pernah menyebut Bacharuddin Jusuf Habibie sebagai "Manusia Multidimensional".

Sebutan ini ternyata sangat disukai Habibie.
Terlebih, julukan itu muncul tidak berselang lama setelah meraih medali penghargaan "Theodore van Karman". Ya, anugrah bergengsi di tingkat internasional tempat berkumpulnya pakar-pakar terkemuka konstruksi pesawat terbang.

Habibie juga dikenal sebagai "Mr Crack" karena keahliannya menghitung crack propagation on random sampai ke atom-atom pesawat terbang. Di dunia ilmu
pengetahuan dan teknologi, para ahli dirgantara mengenal apa yang disebut
Teori Habibie, Faktor Habibie, Fungsi Habibie.

Sebelum titik crack bisa dideteksi secara dini, para insinyur mengantispasi kemungkinan muncul keretakan konstruksi dengan cara meninggikan faktor keselamatannya (SF).
Caranya, meningkatkan kekuatan bahan konstruksi jauh di atas angka kebutuhan teoritisnya.

Akibatnya, material yang diperlukan lebih berat. Untuk pesawat terbang, material aluminium dikombinasikan dengan baja. Namun setelah titik crack bisa dihitung maka derajat SF bisa diturunkan. Misalnya dengan memilih
campuran material sayap dan badan pesawat yang lebih ringan. Porsi baja
dikurangi, aluminium makin dominan dalam bodi pesawat terbang. Dalam dunia
penerbangan, terobosan ini tersohor dengan sebutan Faktor Habibie.

Faktor Habibie bisa meringankan operating empty weight
(bobot pesawat tanpa berat penumpang dan bahan bakar) hingga 10 persen dari bobot sebelumnya.
Bahkan angka penurunan ini bisa mencapai 25 persen setelah Habibie
menyusupkan material komposit ke dalam tubuh pesawat.

Namun pengurangan berat ini tak membuat maksimum take off weight-nya (total
bobot pesawat ditambah penumpang dan bahan bakar) ikut merosot. Dengan
begitu, secara umum daya angkut pesawat meningkat dan daya jelajahnya makin
jauh. Sehingga secara ekonomi, kinerja pesawat bisa ditingkatkan.

Faktor Habibie ternyata juga berperan dalam pengembangan teknologi
penggabungan bagian per bagian kerangka pesawat. Sehingga sambungan badan
pesawat yang silinder dengan sisi sayap yang oval mampu menahan tekanan
udara saat tubuh pesawat lepas landas. Begitu juga pada sambungan badan
pesawat dengan landing gear jauh lebih kokoh, sehingga mampu menahan beban
saat pesawat mendarat. Faktor mesin jet yang menjadi penambah potensi
fatique menjadi turun.

Memang Habibie memegang banyak
hak paten atas temuan di bidang konstruksi pesawat terbang, sehingga menjamin
hidupnya rutin memperoleh uang royalti.
Tak hanya itu, dalam disiplin ekonomi makro pernah dikenal istilah
Habibienomics. Semacam pemahaman yang menegaskan bagaimana gagasan Habibie
tentang pemberian nilai tambah ekonomi tinggi di setiap produksi barang dan
jasa melalui pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kejeniusan mantan Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) semakin
kelihatan encer ketika berhasil meraih gelar doctor ingenieur dengan
predikat suma cum laude pada 1965. Rata-rata nilai mata kuliah Habibie 10.
Presatsi ini mengantarkan Habibie menjadi Kepala Departemen Riset dan
Pengembangan Analisis Struktur di Hamburger Flugzeugbau (HFB).

http://news.okezone.com/read/2010/06/14/337/342660/baharudin-mr-crack-habibie-hidup-dari-royalti

Bangga Jadi Orang Indonesia Otak Habibie Pernah Digunakan Fokker Senin, 14
Juni 2010 - 12:56 wib
Dadan Muhammad Ramdan - Okezone

*JAKARTA* - Berkat prestasinya yang gemilang, Bacharuddin Jusuf
Habibie<http://news.okezone.com/read/2010/06/14/337/342524/bj-habibie-si-jenius-yang-terbang-tinggi>dipercaya
menjadi Kepala Departemen Riset dan Pengembangan Analisis Struktur
di Hamburger Flugzeugbau (HFB).

Kala itu tugas utamanya adalah memecahkan masalah kestabilan konstruksi
bagian belakang pesawat Fokker 28. Hebatnya, hanya dalam kurun waktu 6
bulan, persoalan tersebut mampu dipecahkan mantan Presiden RI ini.

Karier Habibie yang dikenal sangat keras dengan keyakinan prinsip yang
dipegangnya ini, terus menanjak setelah meraih kepercayaan mendesain utuh
sebuah pesawat baru. Buah karyanya adalah prototipe DO-31, pesawat
baling-baling tetap pertama yang mampu tinggal landas dan mendarat secara
vertikal, yang dikembangkan HFB bersama industri Donier.

Badan Penerbangan dan Luar Angkasa Amerika Serikat (NASA) akhirnya membeli
pesawat rancangan Habibie. Pria kelahiran Pare-pare yang bertubuh kecil dan
berotak jenius ini kemudian dilirik oleh Messerschmitt Boelkow Blohm Gmbh
(MBB). Yakni, sebuah industri pesawat terbesar yang bermarkas di Hamburg.

Karier Habibie di MBB terus melambung. Jabatan Vice President/Direktur
Teknologi MBB disabetnya tahun 1974. Hanya Habibie-lah, orang diluar
kebangsaan Jerman yang mampu menduduki posisi kedua tertinggi itu.

Di MBB inilah mantan Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT selama kurang lebih
20 tahun dan membawahi 10 perusahaan BUMN industri strategis, menyusun
rumusan asli di bidang termodinamika, konstruksi ringan, aerodinamika dan
crack progression. Dalam literatur ilmu penerbangan, temuan-temuan Habibie
ini lantas dikenal dengan nama Teori Habibie, Faktor Habibie dan Metode
Habibie.

Paten dari semua temuan itu telah diakui dan dipakai oleh dunia penerbangan
internasional. Pesawat Airbus A-300 yang diproduksi konsorsium Eropa
(European Aeronautic Defence and Space) tak lepas dari sentuhan Habibie yang
sangat menonjol dalam hal pelajaran - pelajaran eksakta.

Prestasi keilmuan dari mantan Presiden RI ketiga ini adalah mendapat
pengakuan di dunia internasional. Mantan Ketua ICMI ini juga menjadi anggota
kehormatan berbagai lembaga di bidang dirgantara.

"Pemikiran dan karya Habibie banyak diakui dunia. Dan teknologi Indonesia
saat itu sudah cukup maju," ungkap mantan Ketua Serikat Pekerja PT
Dirgantara Indonesia, Arif Minardi, ketika dikonfirmasi okezone, Senin
(14/6/2010).

Menurut Arif, Habibie setelah dipanggil pulang ke Indonesia tidak hanya
mengebangkan sejumlah pesawat terbang, tapi merambah ke pembuatan satelit
dan ruang angkasa, serta peluru kendali (rudal).

Kejeniusan dan prestasi inilah yang mengantarkan Habibie diakui lembaga
internasional di antaranya, Gesselschaft fuer Luft und Raumfahrt (Lembaga
Penerbangan dan Angkasa Luar) Jerman, The Royal Aeronautical Society London
(Inggris), The Royal Swedish Academy of Engineering Sciences (Swedia), The
Academie Nationale de l'Air et de l'Espace (Prancis) dan The US Academy of
Engineering (Amerika Serikat).

Sementara itu penghargaan bergensi yang pernah diraih Habibie di antaranya,
Edward Warner Award dan Award von Karman yang hampir setara dengan Hadiah
Nobel. Di dalam negeri, Habibie mendapat penghargaan tertinggi dari Institut
Teknologi Bandung (ITB), Ganesha Praja Manggala Bhakti Kencana.

Karya:
1. Vertical Take Off & Landing (VTOL),Pesawat Angkut DO-31
2. Pesawat Angkut Militer TRANSALL C-130
3. Hansa Jet 320 (Pesawat Eksekutif)
4. Airbus A-300 (untuk 300 penumpang)
5. CN - 235
6. N-250
7. Secara tidak langsung turut berpartisipasi dalam menghitung dan
mendesain, Helikopter BO-105, Multi Role Combat Aircraft (MRCA), serta
beberapa proyek rudal dan satelit.
http://news.okezone.com/read/2010/06/14/337/342682/otak-habibie-pernah-digunakan-fokker

Tidak ada komentar:

Posting Komentar