Menurut ahli-ahli ta’bir, mimpi ada tiga macam; yang pertama adalah peristiwa yang menggembirakan, dan memang benar terjadi setelah bermimpi, dan ini tidak memerlukan penafsiran atau takwil. Yang kedua, mimpi yang batil atau permainan syaitan, yaitu mimpi yang tidak dapat diperincikan oleh orang yang bermimpi. Artinya orang yang bermimpi itu tidak sanggup mengingat tertib atau jalan cerita mimpi itu. Mimpi seperti ini dianggap batil atau mimpi buruk (al hulm) dan tidak mempunyai sebarang makna atau takwil. Dan yang terakhir adalah keinginan nafsu. Seperti kita ketahui nafsu ada tiga, yaitu nafsu mutmainnah, nafsu lawwamah dan nafsu ammarah. Mimpi seperti ini terjadi kerana pengaruh fikiran seseorang. Sesuatu yang dia lakukan atau dia khayalkan siang hari atau menjelang tidurnya biasanya akan menjelma ketika dalam tidurnya. Mimpi seperti ini disebut juga dengan adhghatsul ahlam atau mimpi kosong, alias bunga tidur.
Abu Qatadah berkata, bahwa rasulullah SAW bersabda: “mimpi yang baik itu dari Allah, sedangkan al-hulm (mimpi yang buruk) dari syetan. Maka apabila
salah seorang dari kalian melihat dalam mimpinya apa yang dia sukai,
janganlah ia ceritakan tentang mimpi tersebut kecuali kepada orang yang
dicintainya. Sebaliknya bila ia melihat dalam mimpinya apa yang tidak
disukainya, hendaklah ia berlindung kepada Allah dari kejelekan mimpi
tersebut dan dari kejelekan setan. Dan hendaklah ia meludah kecil tiga
kali, jangan pula ia ceritakan mimpi tersebut kepada seorang pun, maka
mimpi itu tidak akan memudaratkannya.” Hadist riwayat Imam Bukhari dan Muslim.
Tafsir mimpi menurut Islam karya Imam Ibnu Sirin dalam bukunya Tafsir Mimpi
Menurut Islam, berkata, “Pada prinsipnya mimpi yang baik itu bersumber
dari aneka amal yang benar dan mengingatkan akan aneka akibat dari
berbagai urusan. Dari mimpi yang baik itu muncullah aneka
perintah, larangan, berita gambira, dan peringatan. Dikatakan demikian
karena mimpi yang baik merupakan sisa dan bagian dari kenabian, bahkan
ia merupakan satu dari dua bagian kenabian, sebab ada nabi yang
wahyunya berupa mimpi. Orang yang menerima wahyu melalui mimpi disebut
Nabi. Adapun orang yang menerima ucapan malaikat saat dia
terjaga disebut Rasul. Inilah yang membedakan antara nabi dan rasul.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar